Pontianak - Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan menegaskan pentingnya mengubah persepsi negatif yang masih kerap dilekatkan kepada masyarakat Dayak.
“Dayak itu bukan seram, bukan terisolasi. Sesungguhnya masyarakat Dayak itu cerdas, ganteng-ganteng, cantik-cantik, dan sangat bersahabat," kata Krisantus saat memberikan sambutan pada Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-3 yang digelar oleh Forum Dayak Kalimantan Jakarta (FDKJ) di Hampton Square Serpong, Tangerang, Minggu.
Ia menilai bahwa persepsi keliru tentang masyarakat Dayak perlu dihapuskan karena tidak mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. Menurutnya, masyarakat Dayak adalah kelompok yang terbuka, berpendidikan, dan berperan aktif dalam pembangunan bangsa.
"Sudah saatnya kita menunjukkan kepada dunia bahwa Dayak bukan sekadar simbol masa lalu, melainkan masyarakat yang modern, toleran, dan memiliki peradaban tinggi," tuturnya.
Wagub Krisantus juga menekankan bahwa budaya merupakan fondasi keberlangsungan suatu suku maupun bangsa, terlebih di tengah pesatnya arus informasi dan globalisasi.
"Masyarakat yang tidak berbudaya adalah masyarakat yang akan punah ditelan zaman. Budaya adalah kekayaan yang harus dijaga," katanya.
Menurutnya, pelestarian budaya tidak hanya sebatas pada pelaksanaan ritual dan upacara, tetapi juga pada upaya menanamkan kebanggaan dan pemahaman terhadap nilai-nilai budaya di kalangan generasi muda.
Krisantus mengajak seluruh masyarakat Dayak untuk terus menjaga warisan budaya leluhur sambil beradaptasi dengan kemajuan teknologi, agar nilai-nilai luhur Dayak tetap hidup dan relevan di masa kini.
Dalam kesempatan itu, Krisantus juga menyinggung pentingnya menghapus sekat antara masyarakat “asli” dan “pendatang” di Kalimantan Barat.
Ia menyebut bahwa provinsi tersebut merupakan rumah bagi 24 suku dan hampir seluruh suku di Indonesia yang hidup berdampingan secara damai.
"Baik Dayak maupun Melayu, semua menyambut saudara-saudara dari daerah lain dengan tangan terbuka. Kalbar adalah rumah kebinekaan," ujarnya.
Krisantus turut menyampaikan apresiasi kepada masyarakat Tangerang yang telah memberikan ruang bagi warga Dayak di Pulau Jawa untuk menjaga tradisi dan merayakan Gawai Dayak.
"Saya berharap ke depan terjalin kerja sama antarbudaya antara Kabupaten Tangerang dan Provinsi Kalimantan Barat, demi memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa," kata dia.
Sementara itu, Ketua FDKJ, Gregorio Victor Leo Oendoen, menyampaikan berbagai capaian organisasi hingga 2025, baik di bidang ekonomi, sosial, maupun budaya.
Di bidang ekonomi, melalui Koperasi Suniot Talino yang berdiri sejak 2022, FDKJ kini memiliki hampir 200 anggota dengan aset mencapai Rp750 juta, di mana 60 persen dana koperasi digunakan untuk mendukung pelaku UMKM anggota.
Koperasi ini juga mengelola lahan hortikultura seluas 9 hektare di beberapa wilayah seperti Cimanggis, Depok, Galur Tengah, dan Jonggol, dengan komoditas utama bawang merah, cabai, jagung, mentimun, dan buncis.
Selain itu, FDKJ membina sekitar 40 pelaku UMKM kuliner dan produk khas Dayak, seperti tuak dan wine tradisional, keripik pare, keripik pisang, tempoyak, dan cencalok.
Di bidang budaya, FDKJ aktif membina kelompok seni musik dan tari dari kalangan internal. Semua penampil dalam PGD kali ini merupakan anggota FDKJ sendiri yang mendapat pembinaan mingguan secara sukarela dari pelatih profesional.
"Panggung pembinaan ini menjadi wadah bagi kader seni Dayak untuk berkembang dan tampil percaya diri," kata Leo.
Pekan Gawai Dayak ke-3 FDKJ bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga simbol kebangkitan dan pembuktian bahwa masyarakat Dayak mampu berdiri sejajar, berdaya saing, serta menjadi bagian penting dari kemajuan bangsa.
Dari panggung budaya di perantauan, pesan Wagub Krisantus menggema: sudah saatnya masyarakat melihat Dayak sebagaimana adanya masyarakat yang modern, beradab, dan penuh semangat persaudaraan.
Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS