Bengkayang - Paguyuban Jawa Kota Singkawang mendorong kesenian wayang tidak hanya dipertahankan sebagai hiburan tradisional, tetapi juga dikembangkan sebagai media pendidikan karakter dan pembentukan moral generasi muda di tengah masyarakat yang majemuk.
Ketua Paguyuban Jawa Kota Singkawang, Sutopo Aryanto menyampaikan hal itu dalam pagelaran wayang yang digelar untuk memperingati Hari Wayang Nasional di Gedung Happy Building, Minggu.
"Kegiatan ini menjadi ruang refleksi akan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya di tengah perubahan zaman," ujarnya.
Menurut Sutopo, di setiap kisah dan tokoh wayang tersimpan pesan moral yang mendalam tentang kejujuran, tanggung jawab, dan kepemimpinan yang bijak. Ia menilai nilai-nilai tersebut sangat relevan untuk ditanamkan kepada generasi muda agar memiliki karakter kuat dan berkepribadian luhur.
“Wayang mengajarkan tentang kebaikan yang selalu mengalahkan kejahatan, tentang pengorbanan, dan pentingnya menjadi manusia yang berbudi. Pesan-pesan itu tidak pernah usang,” katanya.
Ia menjelaskan, pengakuan UNESCO terhadap wayang sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak 2003 serta penetapan Hari Wayang Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018 menjadi momentum penting untuk kembali menghidupkan peran wayang dalam kehidupan sosial dan pendidikan.
Sutopo juga menekankan, di tengah keberagaman etnis dan budaya di Kota Singkawang, seni wayang memiliki kekuatan untuk mempererat kebersamaan.
“Wayang bukan hanya milik masyarakat Jawa. Ini warisan bangsa yang bisa dinikmati semua kalangan, menjadi jembatan budaya di kota yang majemuk seperti Singkawang,” ujarnya.
Paguyuban Jawa Kota Singkawang, lanjutnya, berkomitmen memperkenalkan seni wayang kepada generasi muda melalui kegiatan edukatif, pelatihan, dan kolaborasi dengan komunitas budaya lain. Upaya tersebut diharapkan mampu menjaga keberlanjutan seni tradisi sekaligus memperkaya identitas budaya kota.
Ia berharap, melalui peringatan Hari Wayang Nasional, masyarakat semakin menyadari bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas komunitas seni, tetapi tanggung jawab bersama.
“Wayang dapat terus hidup jika menjadi bagian dari pendidikan dan kehidupan masyarakat sehari-hari,” kata Sutopo.
Oleh : Narwati/ANTARA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS